WEBSITE RESMI DINAS PEKERJAAN UMUM, PENATAAN RUANG DAN PERTANAHANKABUPATEN PARIGI MOUTONG

PDP Corona Meninggal Akan Masuk Data Positif Meninggal Setelah Ada Hasil Lab

Avatar

Pemerintah melalui Kemenkes mengungkapkan, jumlah pasien virus corona yang meninggal hingga Minggu (19/4) bertambah 47 orang dalam sehari menjadi 582 orang.

Data itu dianggap lebih kecil dari kenyataan di lapangan soal banyaknya pasien yang dimakamkan dengan prosedur COVID-19. Salah satunya diungkap IDI yang meyebut angkanya 1.000 lebih.Namun, Jubir Bicara Percepatan Penanganan COVID-19, Achmad Yurianto, mengatakan pemerintah tidak akan memasukkan data pasien yang belum terkonfirmasi baik PDP atau ODP ke dalam data pasien meninggal. Mereka akan dihitung meninggal jika ada hasil lab.”Kami enggak akan memasukkan di dalam angka ini pasien meninggal dalam status belum terkonfirmasi. Bisa saja pasien tersebut memang bukan COVID-19,” kata Achmad Yurianto di kantor BNPB, Minggu (19/4)

“Namun, apabila sempat dilakukan pemeriksaan swab sebelum meninggal dan ternyata positif, maka kita akan masukkan ke dalam konversi konfirmasi COVID-19,” tambahnya.

Dirjen P2P Kemenkes itu menuturkan, pemerintah segera melaksanakan tes menggunakan metode PCR atau swab kepada PDP. Jika hasilnya terkonfirmasi negatif, mereka akan dicoret dari daftar PDP.

“Jumlah PDP adalah sedang kita siapkan untuk kita konfirmasi lab dengan diperiksa real time PCR, hasil ini bisa positif dan bisa nanti negatif. Jika negatif, akan kita keluarkan dari daftar PDP,” tutur Yuri.

“Positif akumulasi 6.575, negatif 35.644 orang. Akumulasi laporan dari kepala dinas provinsi,” tutup dia.

Sebelumnya, pada Sabtu (18/4), IDI mengungkapkan jumlah kematian akibat virus corona di Indonesia mencapai 1.000 orang atau dua kali lipat dari data yang diumumkan oleh Kemenkes.

Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Daeng M. Faqih mengatakan jumlah itu berasal dari akumulasi pasien positif yang meninggal dan PDP yang meninggal.

Menurut Daeng, jumlah kematian virus corona dari PDP bisa menjadi relevan karena uji diagnostik PCR membutuhkan waktu yang lama. Sebagai contoh, ada PDP yang meninggal bukan karena COVID-19, tetapi kemudian hasil tes PCR yang keluar setelah dia meninggal menunjukan positif virus corona.”Ini menunjukkan kecepatan pemeriksaan kita masih kurang. Sehingga kawan-kawan yang sudah keduluan meninggal dengan status PDP itu banyak juga (yang positif),” kata Daeng.Maka dari itu, Daeng, mengusulkan kepada pemerintah agar mempercepat proses pemeriksaan tes PCR agar perbedaan data tidak terjadi lagi. (SL)

Sumber : kumparan.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Share
error: Content is protected !!